Karangsari to Cilengkrang
Berawal dari hujan yang membuat ku ngumpul bersama anak-anak, pembicaraan mulai melebar kemana-mana dan tiba-tiba muncul sebuah usulan untuk melakukan ekspedisi, sekalian olah raga dan refreshing sebelum ujian. Memang rada aneh kedengerannya, orang laen refreshing setelah ujian dan kita pergi sebelum ujian. Tanpa persiapan namun penuh kesiapan besoknya kita rencanakan unutk berjalan menyusuri hutan pinus di Taman Nasional Gunung Ciremai.
Dengan semangat yang menggebu buru-buru ku beranjak dari rumah menuju tempat pemberangkatan mobil angkutan desa menuju desa terakhir, sampai-sampai pas menyalakan sebatang rokok baru ku sadar kalau ternyata diriku ini belum sempat makan dan minum dirumah. Kawan-kawan sudah menunggu lama karena ku tidak tepat waktu yang diakibatkan bangun yang kesiangan, Namun mereka tetap semangat. Tak lama menunggu mobil angkutan pun muncul menuju desa terakhir.
Kembali kita berjalan menyusuri jalan yang mulai banyak persimpangan dengan track yang semakin menantang, dan tanpa disadari ternyata kita sudah salah ambil jalur dan semakin jauh dari jalur yang kita tuju. Jejak satwa kita temukan dari bentuk dan jalurnya jejak ini kelihatannya merupakan jejak dua ekor anjing yang belum lama. Cuaca makin mendung dan hujanpun mulai turun, dengan kebingungan kita mencari jalur ada petani yang sedang mengolah ladang kakek dan nenek dan kami pun menanyakan jalur yang sebenarnya kita tuju, ternya benar kita sudah terlalu menjauh dari jalur. Namun sebagai seorang RIMBAWAN kami tak menyerah untuk melanjutkan perjalanan, jalur yang kita lewatipun sudah makin tak jelas dengan naik turun lembah yang cukup curam. Tak ada kata putus asa dan menyerah kami terus mencari jalur yang sebenarnya walaupun badan sudah basah kuyuk semua terkena hujan yang deras dan membuat jalan menjadi licin. Setelah beberapa lembah kita turuni dan naikin akhirnya jalur yang kita tuju ketemu juga.
Beda orang jelas akan beda pendapat pula, dan di sini kita sudah mulai berbeda pendapat untuk mengambil jalur, dan lagi-lagi kita salah ambil jalur dan rumput-rumput berduri mulai perlahan bersahabat dengan kaki dan tanganku. Kesepakatan bersama segera kita ambil untuk kembali menyusuri jalur utama. Tak pernah terlewatkan memang baik senang maupun susah yang kita lakukan tetap semangat dengan canda dan tawanya. Ini merupakan salah satu jurus untuk menyemangati kita walau suhu tubuh sudah mulai turun dan stamina berkurang karena yang harusnya kita sudah makan siang namun kita masih menyusuri jalan akibat keteledoran kita sendiri.
Akhirnya target kita ke tiga (Situs Lingga Sagarahiang) kita capai juga, sambil istirahat
kita masuk dan melihat-lihat situs peninggalan yang diyakini menyimpan sejarah yang cukup penting. Di sini dulu disinyalir di dalamnya terdapat benda-benda peninggalan pada masa purbakala. Tak lama kita berdiam di Situs ini karena harus berpacu dengan waktu dan mencari tempat untuk makan kita lanjutkan kembali perjalanan, menuju sumber air untuk mengisi persediaan masak dan di jalan. Hutan ini memang menyimpan banyak keindahan, tak jauh dari Situs terdapat air terjun yang cukup kecil namun cukup cantik, dan sesuatupun terjadi kaki dan tanganku terkena tanaman (pulus) yang membuat kulitku gatal dan pedih.
Akhirnya semua sudah siap makan namun lagi-lagi baru disadari ternyata kita cuman membawa dua sendok saja, ini merupakan pelajaran bagi kami untuk selalu teliti dan mengecek kebutuhan sebelum melaksanakan kegiatan. Walaupun hanya hal kecil tapi ini menjadi pelajaran yang berharga. Cuaca mulai cerah kembali sebatang rokok kita habiskan setelah selesai makan dan melanjutkan perjalanan kembali karena hari sudah mulai menjelang sore dan kita harus sudah sampai camp sebelum gelap.
Perjalanan jauh yang cukup melelahkan akan tidak tersa capek kalau kita jalani bersama dan terobati dengan pemandangan yang sangat indah. Dan tak lama dari tempat kita makan akhirnya kita sampai juga di target selanjutnya bumi perkemahan Palutungan. Sedih rasanya saat melihat buper ini yang dulu rimbun dan sekarang sudah semakin rusak, selain itu tetap saja ada yang memanfaatkan tempat ini untuk dijadikan tempat maksiat dengan memanfaatkan kesepian jauh dari aktivitas manusia. Hanya sekedar istirahat dan menikmati kopi hangat. Tak lama beristirahat kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju target akhir Lembah Cilengkrang, tak sabar rasanya ingin cepat sampai karena selain hari sudah mulai gelap, ingin cepat-cepat juga untuk berendam di pemandian air panas.
Melintasi pemukiman, desa Palutungan yang mayoritas pekerjaanya sebagai petani dan peternak sapi perah. Seolah tanpa henti mereka beraktivitas untuk mempertahankan hidupnya sebelum hari gelap, ini lah perjuangan hidup yang sebenarnya, patut kita pelajari semangat yang mereka miliki, sungguh malu kalau kita berkaca diri yang terlalu banyak mengeluh dan sedikit-sedikit mengadu.
Mulai lagi memasuki jalan setapak di tengah-tengah ladang yang banyak dengan persimpangan, dan perdebatan kecil terjadi saat memilih jalan. Lagi-lagi walaupun sudah berapa kali melintasi jalur ini kita salah ambil jalan lagi dan berputar di antara ladang-ladang, hujanpun turun deras dan membasahai seluruh tubuh kita yang sudah mulai mengering akibat hujan yang tadi siang, namun seperti biasa yang kita lakukan hanya tertawa dan bercanda untuk menghilangkan rasa lelah. Sedikit berputar dan gak jelas akhirnya sampai juga di lokasi tepat waktu sesuai yang kita rencanakan. Tak menunggu lama langsung kita berendam meregangkan otot kita yang sudah mulai kejang akibat capek dan dingin yang menusuk.
Sedikit rasa cemas datang ketika salah satu teman kita tak kunjung datang dibelakang sendirian karena hari yang sudah mulai gelap, hujan dan track yang banyak melintasi sungai. Ternyata dia (Asep wapex) memang kawanku yang bisa diandalkan ternya ta setelah lumayan lama akhirnya dia datang juga dengan membawa kayu bakar untuk persediaan malam. Rencana untuk ngecamp di curug pun gagal ketika kita pikir selain perlengkapan yang kita bawa dibawah standar, salah satu kawanku kambuh penyakit diperutnya dan lupa membawa obat, sungguh pelajaran yang patut kita renungkan betapa pentingnya persiapan itu dan kita harus bisa mengambil keputusan ketika sesuatu hal yang kita tidak inginkan datang.
kegiatan sismakala
sejarah mendaki gunung
survival
LOMBA LINTAS ALAM SISMAKALA 2009
EDUKASI
DAFTAR GUNUNG DI INDONESIA
MANAJEMEN PERJALANAN
TIPS MENDAKI GUNUNG UNTUK PEMULA
KEPECINTA ALAMAN